Oleh: Muklisin R. Al-Bonai
Singkatnya waktu di dunia ini tak satu pun dari kita yang mampu menebaknya sejak Nabi Adam dan istrinya Hawa manusia paling awal diciptakan. Kemudian, terlepas dari sejarah yang membuat Nabi Adam dan istrinya itu turun ke bumi, ada suatu hikmah yang besar yaitu terbentuknya sebuah keluarga atau masyarakat dari manusia.
Begitu panjang sejarahnya tak bisa diuraikan dalam tulisan yang singkat ini. Hingga suatu waktu manusia mengenal yang namanya tulisan dan bacaan. Kita tidak bicara soal sejarah, tetapi begitu banyak pergantian generasi membuat kita sebagai manusia tak mampu mengenal atau mengingat nama atau sejarah hidup manasia satu persatu. Dan hanya sebagian kecil saja dari manusia yang bisa kita ingat atau ketahui sejarah hidupnya. Mereka itu adalah manusia yang meninggalkan jejak dengan hal yang penting atau bermanfaat jangka panjang. Dan sebagian besar dari manusia justru tidak kita ketahui atau tidak tertarik mengetahuinya walau kita memiliki hubungan darah dengan mereka.
Menurut hemat saya ada beberapa hal yang membuat manusia tertentu masih selalu dianggap ada dan pernah ada dalam sejarah kemanusiaan, seperti kepribadian, derajat di mata Tuhan, orang-orang shaleh, tokoh pendiri bangsa, penemu, dan salah satunya adalah penulis (mungkin ada beberapa lagi).
Dalam suatu kesempatan saya mengikuti seminar kepenulisan dan waktu itu salah seorang dosen saya beliau mengatakan, “Dengan menulis kita akan diketahui dan dikenang oleh anak cucu kita bahwa kita pernah hidup (ada) di dunia ini.”
Saya pikir kata-kata ini memang benar dan suatu kenyataan yang kita alami. Misalnya saja saya tidak kenal atau tahu persis nama dan kiprah dari kakek buyut saya yang ke lima (anggaplah begitu, maksudnya ada 5 kakek diatas kakek saya). Itu karena beliau tidak menulis atau punya suatu karya yang diwariskan pada keturunannya atau generasi-generasi yang tak pernah ia jumpai. Oleh karena itu tidaklah berlebihan dengan kalimat “aku menulis aku ada” (tentu semuanya karena izin Allah). Menulis ini suatu keniscayaan agar kita bisa dikenal atau diketahui oleh anak cucu kita dikemudian hari terutama bisa menginspirasi mereka untuk lebih baik dan semoga menjadi amal ibadah bagi kita yang menuliskannya. Contohnya penulis Imam Syafi’i beliau hidup pada masa yang jauh dari masa kita namun ia seolah-olah tetap hidup, tentunya dengan karya tulisan atau buku/kitabnya. Kalau di Indonesia Prof. Dr. Buya Hamka juga contoh seorang penulis yang karyanya masih hidup hingga saat ini. Lalu bagaimana dengan kita?
http://muklisinalbonai.blogspot.co.id
fanspage: Muklisin Al-Bonai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar