Pagi
ini (13-11-14) saya rindu masakan omak (ibu) yang dulu waktu saya masih
anak-anak. Biasanya omak pagi-pagi sudah memasak nasi rondang
(rendang). Nasi rondang berbeda dengan nasi goreng yang dimasak
kebanyakan orang. Bahkan mungkin hanya di daerah tertentu adanya.
Nasi
rondang pun berbeda pula dengan rendang daging atau rendang yang
diketahui orang-orang. Antara nasi rondang dan nasi goreng kedua-duanya
sama-sama dimasak dikuali. Bedanya, nasi
rondang tidak menggunakan minyak goreng, tanpa bumbu bahkan bawang
merah atau bawang putih. Istilahnya nasi tok. Nasi rondang istilah orang
tua-tua dahulu adalah memanaskan nasi di pagi hari dengan cara
merendangnya atau menggorengnya tanpa hal-hal yang disebutkan di atas.Bagi yang belum pernah mencicipinya tentu belum tahu rasanya. Bagi saya rasanya khas dan membuat rindu jika lama tak menikmatinya apalagi ibu kita yang memasaknya. Enaknya lagi jika dicicipi dengan kuah gulai yang dipanaskan atau ikan asin, bahkan kata orang tua-tua (khusus daerah saya-Bonai Darussalam) zaman dulu nasi rondang dinikmati juga dengan pisang atau air teh. Aneh, tapi nyata.
Pagi ini saya meminta istri saya memasak nasi goreng. Dulu pas pulang kampung, istri saya sempat melihat omak membuat nasi rondang. Nah, pas sudah di rumah kami, istri sayapun mencoba membuatnya dan pagi ini pun dibuatkan spesial untuk saya. Rasanya ok bahkan saya mintak tambah. Khazanah masakan daerah tentunya tidak serta merta kita lupakan walaupun kita tidak tinggal di kampung lagi. Itulah menjadi inspirasi saya menulis pagi ini dan mudah-mudahan ada manfaatnnya walaunya hanya sebagai wawasan atau jendela inspirasi kita semua.
#SalamBermakna, JejakMaknaBoengBonai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar